Malam beranjak semakin larut, membuai semua anak manusia untuk terus
hanyut terlelap dalam buaian mimpi-mimpi mereka. Begitu juga yang
dialami oleh kedua insan yang baru saja melakukan aktivitas pemuasan
nafsu yang sangat nikmat dan melelahkan. Tubuh yang sudah luluh lantak
dan tidak bertenaga lagi, membuat keduanya tidur dengan nyenyak tanpa
sehelai benangpun menutupi tubuh mereka. Setelah melakukan aktivitas sex
yang sangat liar dan dahsyat, Donita serta pak Supri tertidur pulas
diatas sofa panjang itu. Tubuh langsing Donita yang memiliki berat tubuh
lumayan ringan, tidur berdekapan dengan nyamannya diatas tubuh pak
Supri. Kemaluan mereka masih saling bertautan, walaupun penis si supir
sudah memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina sang nona
majikan, tapi benda kokoh yang satu itu masih saja tetap dalam kondisi
yang cukup kuat, untuk terus terbenam di dalam lubang hangat nan sempit
milik Donita. Cairan hasil persetubuhan yang masih merembes keluar dari
kedua kelamin, tidak sedikit pun mengusik tidur mereka. Apalagi hujan
mulai turun, membuat suasana semakin nyaman dan cocok untuk membuat
semua orang terus tidur dengan lelapnya. Tanpa disadari oleh mereka
berdua, ternyata ada seseorang yang sejak dari tadi melihat semua
aktivitas yang dilakukan oleh Donita dan supirnya. Ya, cuma ada satu
orang yang berada di rumah itu selain mereka berdua, yang tak lain dan
tak bukan adalah Asmirandah. Sewaktu dia terbangun karena kehausan, ia
mendengar ada suara erangan dan desahan di ruang depan. Saat melihat apa
yang terjadi disitu, dia mendapati sahabat baiknya Donita, sedang
bersetubuh dengan panasnya bersama pak supirnya sendiri. Gadis manis itu
benar-benar tidak menyangka kalau Donita, sahabat yang sudah sangat
dikenalnya selama ini, bisa berubah menjadi sebegitu liarnya saat
berhubungan sex dengan pak Supri, layaknya pelacur yang sedang melayani
pelanggannya saja. Selama ini ia berfikir bahwa wajar jika artis-artis
wanita sepertinya bertingkah laku seperti wanita jalang di depan om-om
produser atau para pejabat yang menyewa mereka untuk ‘dipakai’. Itu
dilakukan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan atau pun
untuk mendapatkan uang. Tetapi dengan melihat langsung apa yang
dilakukan Donita, dia benar-benar tidak habis fikir, bagaimana mungkin
sahabat baiknya itu bisa melakukan hal yang sedemikian rupa bersama sang
supir yang jelas-jelas kelas sosialnya jauh berbeda dengan dirinya.
Yah, setelah melihat langsung ukuran ‘senjata’ milik pak Supri dan
bagaimana cara pak tua itu memuaskan gairah liar sahabatnya, Asmirandah
tidak heran kalau Donita bisa berubah menjadi sedemikian rupa. Walaupun
gadis itu tidak tahu kenyataan, bahwa sejak awal sahabatnya telah
terlebih dahulu takluk karena menerima ancaman dari sang supir, sehingga
Donita terpaksa memuaskan nafsu bejat pria tua itu. Sebenarnya, sejak
melihat adegan panas yang disuguhkan langsung oleh Donita dan pak Supri,
nafsu Asmirandah sudah naik dan ingin turut bergabung pula dalam
percintaan panas sahabatnya. Tapi ternyata dia masih punya perasaan
segan dan malu terhadap mereka berdua. Masa’ ia menawarkan tubuhnya
begitu saja kepada pak tua itu, kalau dia melakukan hal yang demikian,
itu sama saja dengan mengatakan bahwa dia adalah perempuan murahan yang
terlalu mudah untuk ‘dipakai’. Ia hanya melampiaskan nafsunya dengan
menggosok-gosokan tangannya ke selangkangannya dari balik hotpantsnya.
Asmirandah merasakan selangkangannya makin basah saja, maka karena tidak
tahan melihat pemandangan panas di depannya lebih lama lagi, akhirnya
ia memilih kembali ke kamar untuk melanjtkan tidur, dan berharap gairah
yang sudah terlanjur naik dapat segera turun.
************************************************
Keesokan paginya…
Donita terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang masih sedikit pusing,
dia mencoba untuk bangkit dari sofa. Tapi ia masih belum bisa
mengumpulkan tenaganya secara utuh, sehingga memilih untuk duduk
sejenak. Ia heran melihat tubuhnya ditutupi selimut dan juga tidak
mendapati pak Supri yang tidur bersamanya semalam. Terfikir olehnya,
apakah sang supir yang bangun terlebih dahulu yang menyelimuti tubuhnya.
Saat merasa tubuhnya sudah cukup kuat untuk bergerak, ia beranjak
bangun untuk mencari pak Supri. Tiba-tiba dia teringat pada Asmirandah
yang masih tertidur di kamarnya. Segera dia membatalkan niat untuk
mencari si supir dan bergegas menuju kamar tidurnya. Saat membuka pintu,
gadis itu melihat ternyata sahabatnya sudah tidak ada lagi di dalam
kamar, berikut barang-barang bawaan berupa tas jinjing hitam dan sebuah
hp black berry yang ia letakkan diatas meja kamarnya ketika ia
membaringkan Asmirandah semalam. Donita menduga-duga, apakah sahabatnya
pulang dengan melihat dirinya bersama pak Supri tidur berbugil ria
diruang depan atau justru sahabatnya itulah yang menyelimuti dirinya
ketika sedang terlelap. Tak mau ambil pusing dengan semua itu, Donita
masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena dirinya memiliki jadwal
syuting sinetron hari ini. Setelah mandi dan mengenakan pakaian yang
menurutnya menambah daya tarik dirinya, ia tidak lupa menyapukan sedikit
make-up tipis ke wajah cantiknya dan bergegas turun ke bawah.
“Paaaak! paaaak Supriii! paaaakkkk! dimana sey?”
Sungguh terlalu! hari masih pagi, tapi dara cantik ini sudah
berteriak-teriak layaknya pedagang saat menjajakan barang dagangannya
saja. Pak Supri yang sudah dipanggil-panggil dengan keras itupun, tidak
juga menjawab maupun menampakkan batang hidungnya. Kesal karena tidak
ada jawaban dari supirnya, ia pun memilih pergi ke kamar supirnya yang
terletak di bagian belakang rumah. Sesampainya di depan pintu, Donita
sedikit ragu. Apakah tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan pergi
kekamar supirnya ini. Bisa-bisa pak Supri yang mesum itu kalap dan
bangkit nafsunya saat melihat dirinya, dan berusaha menyeretnya ke dalam
kamar lalu diperkosa habis-habisan. Tapi waktu tidak lagi memberinya
kesempatan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Akhirnya dia
memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang supir meski
diliputi perasaan was-was dan takut. tok! tok! tok!
“Pak Supri! pak! anterin aku dong!” perlahan dia mengetuk pintu dan memanggil orang tua itu.
“Iya….iya! sebentar non! lagi mandi nih!” terdengar suara orang tua itu dari dalam.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya pintu dibuka dan mucullah wajah supir memuakkan itu.
hanyut terlelap dalam buaian mimpi-mimpi mereka. Begitu juga yang
dialami oleh kedua insan yang baru saja melakukan aktivitas pemuasan
nafsu yang sangat nikmat dan melelahkan. Tubuh yang sudah luluh lantak
dan tidak bertenaga lagi, membuat keduanya tidur dengan nyenyak tanpa
sehelai benangpun menutupi tubuh mereka. Setelah melakukan aktivitas sex
yang sangat liar dan dahsyat, Donita serta pak Supri tertidur pulas
diatas sofa panjang itu. Tubuh langsing Donita yang memiliki berat tubuh
lumayan ringan, tidur berdekapan dengan nyamannya diatas tubuh pak
Supri. Kemaluan mereka masih saling bertautan, walaupun penis si supir
sudah memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina sang nona
majikan, tapi benda kokoh yang satu itu masih saja tetap dalam kondisi
yang cukup kuat, untuk terus terbenam di dalam lubang hangat nan sempit
milik Donita. Cairan hasil persetubuhan yang masih merembes keluar dari
kedua kelamin, tidak sedikit pun mengusik tidur mereka. Apalagi hujan
mulai turun, membuat suasana semakin nyaman dan cocok untuk membuat
semua orang terus tidur dengan lelapnya. Tanpa disadari oleh mereka
berdua, ternyata ada seseorang yang sejak dari tadi melihat semua
aktivitas yang dilakukan oleh Donita dan supirnya. Ya, cuma ada satu
orang yang berada di rumah itu selain mereka berdua, yang tak lain dan
tak bukan adalah Asmirandah. Sewaktu dia terbangun karena kehausan, ia
mendengar ada suara erangan dan desahan di ruang depan. Saat melihat apa
yang terjadi disitu, dia mendapati sahabat baiknya Donita, sedang
bersetubuh dengan panasnya bersama pak supirnya sendiri. Gadis manis itu
benar-benar tidak menyangka kalau Donita, sahabat yang sudah sangat
dikenalnya selama ini, bisa berubah menjadi sebegitu liarnya saat
berhubungan sex dengan pak Supri, layaknya pelacur yang sedang melayani
pelanggannya saja. Selama ini ia berfikir bahwa wajar jika artis-artis
wanita sepertinya bertingkah laku seperti wanita jalang di depan om-om
produser atau para pejabat yang menyewa mereka untuk ‘dipakai’. Itu
dilakukan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan atau pun
untuk mendapatkan uang. Tetapi dengan melihat langsung apa yang
dilakukan Donita, dia benar-benar tidak habis fikir, bagaimana mungkin
sahabat baiknya itu bisa melakukan hal yang sedemikian rupa bersama sang
supir yang jelas-jelas kelas sosialnya jauh berbeda dengan dirinya.
Yah, setelah melihat langsung ukuran ‘senjata’ milik pak Supri dan
bagaimana cara pak tua itu memuaskan gairah liar sahabatnya, Asmirandah
tidak heran kalau Donita bisa berubah menjadi sedemikian rupa. Walaupun
gadis itu tidak tahu kenyataan, bahwa sejak awal sahabatnya telah
terlebih dahulu takluk karena menerima ancaman dari sang supir, sehingga
Donita terpaksa memuaskan nafsu bejat pria tua itu. Sebenarnya, sejak
melihat adegan panas yang disuguhkan langsung oleh Donita dan pak Supri,
nafsu Asmirandah sudah naik dan ingin turut bergabung pula dalam
percintaan panas sahabatnya. Tapi ternyata dia masih punya perasaan
segan dan malu terhadap mereka berdua. Masa’ ia menawarkan tubuhnya
begitu saja kepada pak tua itu, kalau dia melakukan hal yang demikian,
itu sama saja dengan mengatakan bahwa dia adalah perempuan murahan yang
terlalu mudah untuk ‘dipakai’. Ia hanya melampiaskan nafsunya dengan
menggosok-gosokan tangannya ke selangkangannya dari balik hotpantsnya.
Asmirandah merasakan selangkangannya makin basah saja, maka karena tidak
tahan melihat pemandangan panas di depannya lebih lama lagi, akhirnya
ia memilih kembali ke kamar untuk melanjtkan tidur, dan berharap gairah
yang sudah terlanjur naik dapat segera turun.
************************************************
Keesokan paginya…
Donita terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang masih sedikit pusing,
dia mencoba untuk bangkit dari sofa. Tapi ia masih belum bisa
mengumpulkan tenaganya secara utuh, sehingga memilih untuk duduk
sejenak. Ia heran melihat tubuhnya ditutupi selimut dan juga tidak
mendapati pak Supri yang tidur bersamanya semalam. Terfikir olehnya,
apakah sang supir yang bangun terlebih dahulu yang menyelimuti tubuhnya.
Saat merasa tubuhnya sudah cukup kuat untuk bergerak, ia beranjak
bangun untuk mencari pak Supri. Tiba-tiba dia teringat pada Asmirandah
yang masih tertidur di kamarnya. Segera dia membatalkan niat untuk
mencari si supir dan bergegas menuju kamar tidurnya. Saat membuka pintu,
gadis itu melihat ternyata sahabatnya sudah tidak ada lagi di dalam
kamar, berikut barang-barang bawaan berupa tas jinjing hitam dan sebuah
hp black berry yang ia letakkan diatas meja kamarnya ketika ia
membaringkan Asmirandah semalam. Donita menduga-duga, apakah sahabatnya
pulang dengan melihat dirinya bersama pak Supri tidur berbugil ria
diruang depan atau justru sahabatnya itulah yang menyelimuti dirinya
ketika sedang terlelap. Tak mau ambil pusing dengan semua itu, Donita
masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena dirinya memiliki jadwal
syuting sinetron hari ini. Setelah mandi dan mengenakan pakaian yang
menurutnya menambah daya tarik dirinya, ia tidak lupa menyapukan sedikit
make-up tipis ke wajah cantiknya dan bergegas turun ke bawah.
“Paaaak! paaaak Supriii! paaaakkkk! dimana sey?”
Sungguh terlalu! hari masih pagi, tapi dara cantik ini sudah
berteriak-teriak layaknya pedagang saat menjajakan barang dagangannya
saja. Pak Supri yang sudah dipanggil-panggil dengan keras itupun, tidak
juga menjawab maupun menampakkan batang hidungnya. Kesal karena tidak
ada jawaban dari supirnya, ia pun memilih pergi ke kamar supirnya yang
terletak di bagian belakang rumah. Sesampainya di depan pintu, Donita
sedikit ragu. Apakah tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan pergi
kekamar supirnya ini. Bisa-bisa pak Supri yang mesum itu kalap dan
bangkit nafsunya saat melihat dirinya, dan berusaha menyeretnya ke dalam
kamar lalu diperkosa habis-habisan. Tapi waktu tidak lagi memberinya
kesempatan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Akhirnya dia
memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang supir meski
diliputi perasaan was-was dan takut. tok! tok! tok!
“Pak Supri! pak! anterin aku dong!” perlahan dia mengetuk pintu dan memanggil orang tua itu.
“Iya….iya! sebentar non! lagi mandi nih!” terdengar suara orang tua itu dari dalam.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya pintu dibuka dan mucullah wajah supir memuakkan itu.
“Ade ape non? mau dientot lagi? hak hak hak!”
Benar-benar kurang ajar pak tua ini. Sebegitu mudahnya dia mengeluarkan
kata-kata cabul seperti itu di hadapan seorang wanita, apalagi yang ada
di hadapannya ini adalah majikannya sendiri. Tapi supir itu bicara
layaknya kepada seorang pelacur saja. Kontan telinga Donita panas
mendengar perkataan sang supir yang jelas-jelas sangat merendahkan
dirinya.
“Heh pak! kalo ngomong yang sopan dikit ya! pernah makan bangku
sekolahan ga? aku ni majikan bapak! Jadi tolong dijaga mulutnya! Bapak
mau saya pecat hah?” bentaknya, kesal juga diperlakukan seperti itu.
“ya, ya non! maap! kan cuman canda doang! galak amat sih? jangan suka
marah-marah non, nanti cepet tua loh! oke manis? hak hak hak” ujarnya
meminta maaf sambil tangannya menowel dagu gadis cantik itu.
“Udah tunggu apa lagi? cepetan ganti baju! gara-gara bapak aku jadi telat tau!”
Dengan terburu-buru Donita beranjak pergi menjauh dari sarang sang iblis
tua, takut jika dia gelap mata dan menyeret dirinya ke dalam kamarnya
untuk disetubuhi lagi. Setelah majikannya pergi, sang supir membuka baju
yang ia kenakan. Sambil bersiul, pak tua itu mengambil “seragam dinas
kesupiran-nya” dan memakainya secepat kilat. Setelah selesai,
sempat-sempatnya dia menarik resleting celana dan mengeluarkan “batang”
kebanggaannya. Dikocok dan dielus-elusnya secara perlahan ‘ular besar’
itu hingga berdiri tegak.
“ He he he…., sabar ya jon, sabar! nanti ente ane kasih lagi deh memek
tuh cewek, oce? sabar ya! sekarang ente istirahat dulu, tunggu tanggal
mainnya…. hak hak hak!” ujarnya sinting kepada penisnya, seakan-akan
benda itu hidup dan mengerti perkataannya saja. Sesudah mengunci pintu
kamar dan tentu saja mengamankan ‘senjata’ yang bisa membuat para wanita
takluk pada dirinya, ia membuka pintu bagasi lalu mengeluarkan mobil
mewah milik sang artis. Saat mencari-cari gadis itu, ternyata Donita
sedang duduk menunggu di kursi teras rumah dan langsung naik kedalam
mobil begitu mobil dikeluarkan. Donita duduk dikursi belakang, tapi dia
merasa tidak nyaman dengan keberadaan sang supir yang acap kali ketahuan
sedang melirik-lirik tubuhnya melalui kaca spion mobil sepanjang
perjalanan. Tentu saja dia gelisah. Bagaimana mungkin gadis itu bisa
tenang, jika mengingat peristiwa yang tadi malam dilakukan oleh mereka
berdua. Terbayang dalam pikiran gadis itu, bisa saja pak Supri ini
menculiknya atau membawanya ke tempat yang sepi, dan memaksa dirinya
untuk kembali memuaskan nafsu birahi sang supir yang terus membara
layaknya api yang tidak mau padam. Apalagi jika dirinya menolak, yah
sudah pasti si supir akan kembali membuka jurus ampuhnya, yang tak lain
dan tak bukan adalah ancaman akan menyebarkan video mesum yang
dibintangi oleh sang artis. Membuat dirinya terangsang juga memikirkan
hal yang demikian.
Pak Supri yang melihat sang nona majikan melalui kaca mobil, bisa
melihat raut kegelisahan yang terpancar dari wajah cantik sang artis.
Dia hanya bisa tertawa geli dalam hatinya, dan berusaha mencari-cari
cara apa lagi yang seru dan asik untuk mengerjai dan menikmati berjuta
kenikmatan yang ditawarkan oleh tubuh molek gadis itu. Karena sedang
ayik-asyiknya terlarut dalam khayalan masing-masing, tidak terasa mobil
telah sampai di lokasi dan langsung dibawa masuk ke dalam pelataran
parkir tertutup sebuah gedung, yang merupakan tempat akan dilakukannya
beberapa pengambilan scene sinetron yang dibintangi oleh Donita. Setelah
mobil diparkir, gadis itu turun dan menghampiri pak Supri yang masih
duduk dalam mobil.
“Pak, nanti jemput aku jangan kelamaan ya! nih uang untuk rokok!”
pesannya pada supir itu seraya memberinya tiga lembar uang lima puluh
ribu.
Dengan cepat pak Supri mengambil uang itu dan dengan cepat pula, supir
itu menarik kerah kaus yang dikenakan Donita. Dibukanya kancing-kancing
kaus itu dengan cekatan, dan disingkapnya bra coklat milik gadis itu
keatas. Otomatis, kedua buah dada Donita yang montok dan ranum terbuka
dan menggantung dengan bebasnya dihadapan wajah si tua bangka itu.
Donita yang terkejut dengan perbuatan supirnya, berusaha untuk
memberontak. Tapi dengan kuat, tangannya meremas pergelangan tangan sang
artis, sehingga membuat gadis itu kesakitan dan berbisik pelan.
“Non diem aja! saya mau nyusu bentar! kalo non ngelawan gitu, nanti ada
orang yang bakalan datang dan ngeliat kita, non mau? jadi tenang aja ya
manis!” bisiknya di dekat telinga gadis itu dengan raut wajah jeleknya
yang sangat serius dan agak sedikit menyeramkan.
Kali ini perbuatan si supir benar-benar sudah melewati batas, melakukan
hal cabul seperti itu ditempat terbuka begini. Donita sebenarnya masih
ingin melawan, tetapi dia takut apabila ada orang yang kebetulan lewat
lalu mendekat karena ada sedikit kegaduhan di tempat itu dan memergoki
dirinya dalam kondisi sekarang, bisa celaka!. Dan juga ancaman serta
kata-kata supirnya barusan, menandakan pria tua ini tidak main-main.
Bisa saja dia ‘mendiamkan’ dirinya dengan caranya sendiri yang mungkin
lebih berbahaya, sehingga membuatnya pasrah saja dengan perlakuan
supirnya itu. Berdiri diluar mobil dengan kondisi tubuh setengah terbuka
seperti sekarang, jelas membuat gadis cantik itu gemetar ketakutan
setengah mati. Memang tempat parkiran itu tertutup dan dipenuhi banyak
mobil, tapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang kebetulan lewat dan
melihat perbuatan yang sedang mereka lakukan. Selagi berbagai macam hal
sedang berkecamuk dalam pikiran sang artis, dengan sangat bernafsu supir
itu meremas-remas payudaranya. Donita bisa merasakan jari jemari pak
Supri melingkari puting susunya dan menggoyang-goyang benda bulat kenyal
itu, seperti mengocok obat sebelum diminum. Donita mulai terengah-engah
akibat perbuatan si supir dan sedikit kesulitan mengatur nafasnya.
Jantungnya berdetak dengan keras, rasa takut perbuatan mesum sang supir
dilihat orang lain dibarengi dengan api nafsu yang berkobar. Gadis itu
sudah tidak punya lagi keinginan untuk melawan, pasrah menerima resiko
apaun yang akan terjadi.
Mulai merasa bosan hanya dengan meremas, bibir hitam tebal milik sang
supir mendekat dan melumat tanpa ampun pentil susu yang sudah sedari
tadi mengacung, menantangnya untuk dilahap. Tubuh gadis itu sedikit
melonjak kaget ketika merasakan mulut serta lidah hangat milik supirnya,
mengenyot dan menghisap puting payudaranya. Ditambah lagi bibir pria
tua itu aktif mencium dan menjilat setiap jengkal wilayah payudaranya.
Tanpa disadari Donita reflek memajukan tubuhnya, seolah-olah memberikan
akses kepada supirnya agar lebih leluasa menikmati dan melahap setiap
jengkal bagian tubuhnya yang indah itu. Merasa bahwa nona majikannya
sudah takluk seutuhnya, pak Supri menambah hisapan dan jilatannya dengan
menggigit-gigit pelan puting mungil kemerahan itu, membuat sensasi
kenikmatan yang diterima Donita semakin menjadi-jadi, menjalar dari dada
ke seluruh tubuhnya.
“oooooohhhhhhh!!! pakkkkkhhhh! jangan kenceng-kenceng nyedotnyaaahh!!”
lenguhnya menahan nikmat, seraya mengingatkan supirnya agar tidak
terlalu keras menghisap buah dadanya.
Sang supir tersenyum puas melihat reaksi dan ekspresi wajah sang artis
yang merah padam menahan gelora birahi. Andai kata ada orang yang
kebetulan melintasi tempat itu dan melihat mereka berdua, dijamin dia
bakal langsung menubruk dan memerkosa sang artis saat itu juga. Tapi
entah mengapa, sejak dari tadi tidak ada sedikit pun tanda-tanda akan
adanya seseorang yang melintas ataupun menuju ke tempat parkiran itu.
Entah karena semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja atau memang
karena sang iblis, yang memberikan kesempatan emas kepada pak Supri agar
bisa melakukan perbuatan mesumnya pada sang artis. Sedang
asyik-asyiknya mengunyah puting sang nona majikan, tiba-tiba hand phone
milik pak tua itu berbunyi.
“Wong edaaan!!!! gak tau orang lagi enak apa! sontoloyo!!” makinya kesal.
Bgaimana tidak kesal? sedang asyik menyusu,ada saja orang yang
mengganggu. Tapi setelah melihat layar hpnya, raut wajah supir itu
berubah.
“Oalah cup! koe rupanya toh! ho’h, ho’h! gue langsung kesana ya! iya
rebes, santai aja!” (hmmm.. patut dicurigai nih nada bicara si supir)
Setelah memutus sambungan telepon, dimasukkannya hp itu ke saku bajunya.
“Non, kita lanjutin dirumah lagi ya nanti, acara nyusunya! bapak ada
kerjaan dulu nih! jemputnya jam berapa ntar?” tanyanya enteng, tanpa
merasa bersalah sedikitpun.
“hhh… jam dua! jangan telat, ya pak!” jawab gadis itu dengan nafas yang tersengal-sengal.
Tampaknya Donita sudah bisa menerima status tidak resminya sebagai alat
pemuas syahwat pak Supri. Hal ini bisa dilihat dari sikapnya yang tidak
memarahi sang supir, yang sudah melakukan perbuatan cabul seperti itu di
tempat umum. Setelah bisa mengontrol dirinya, Donita membetulkan
kembali pakaiannya yang sudah acak-acakan dan agak sedikit kusut.
“ Ya udah non, bapak pergi dulu! dadah!” pamitnya seraya mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.
Donita cuma bisa memendam kekesalan dalam hati, walau agak kecewa dengan
pekerjaan ‘tanggung’ supirnya. Sadar bahwa sudah ditunggu sedari tadi,
dia pun meninggalkan lapangan parkir itu dengan terburu-buru.
“Yaahhh…. dimarahin lagi deh sama si bos!” batinnya dalam hati sambil melangkah cepat.
******************************
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, membuat sang mentari kini
berada tepat ditengah-tengah langit sembari memancarkan sinarnya yang
terik dan menyengat. Jarum jam menunjukkan angka dua kurang sepuluh
menit. Tampak Donita sedang duduk kelelahan di atas sebuah kursi plastik
sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Pengambilan adegan sinetron kejar
tayang yang dilakoninya kini sudah selesai. Saat sedang istirahat dengan
santainya, tiba-tiba lawan mainnya yang seorang artis cowok ganteng
sekaligus penyanyi dan saat ini sering diburu oleh nyamuk-nyamuk
infotaintment karena baru saja memutuskan kekasihnya yang sudah sangat
lama dipacari (bagi yang sering nonton sinetron sc**, pasti tau deh
siapa tuh cowok), muncul dengan membawa sepiring nasi goreng.
“Hay cantik! sendirian aja ni! o ya neh tadi pak sutradara nitipin nasi goreng buat elo. Dimakan ya.” ujarnya dengan senyuman.
“Ow, thanks! maaf kalo ngerepotin. Pas banget, gue lagi laper berat ne!”
jawabnya disertai senyuman yang tak kalah manis, membuat pemuda itu
agak salah tingkah.
“Ok, sama-sama. Kalo gitu gue pulang dulu ya, dah!”
“Daahhh!”
Sepeninggal pemuda itu, Donita langsung melahap nasi goreng itu. Memang
sedari tadi dia sudah kelaparan, rencananya ia ingin maklan di rumah
saja. Yah tapi sayangkan kalau makanan itu ditolak?. Setelah
menghabiskan makanannya, gadis itu menelepon pak Supri untuk
menjemputnya. Sebelum sempat memencet nomor sang supir, rupanya pak tua
itu sudah lebih dulu meneleponnya.
“Halo pak! lagi dimana? aku dah selesai neh!”
“Saya dah di depan non!” jawabnya di seberang telepon.
“Oh ya udah! aku kesana ya!”
Setelah membereskan barang-barang bawaannya dan berpamitan kepada semua
kru, ia berjalan keluar dari gedung menuju tempat si supir menunggu.
Terlintas dalam benaknya bila sudah sampai dirumah nanti apakah pak
Supri akan ‘menggarapnya’ lagi?, jawabannya sudah tentu pasti. Tidak
mungkin pak tua itu akan melepaskan kesempatan emas begitu saja, apalagi
dirumah sedang tidak ada orang. Pak Supri dapat dengan leluasa
menyetubuhinya dimana pun dan kapan pun dia mau. Lelah membayangkan
semua itu, ia memilih pasrah saja. Membiarkan semuanya terjadi layaknya
air yang mengalir. Cuma satu hal saat ini yang ingin ia lakukan,
memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk istirahat sepuasnya.
Begitu sampai di tempat supirnya menunggu, dia langsung masuk ke dalam
mobil. Namun, saat baru akan membuka pintu belakang mobilnya, terdengar
suara sang supir yang berkata,
“Non, jangan duduk dibelakang dong! didepan atuh, temanin bapak nyetir!”
“Males ah! aku mau nyantai dibelakang. Lagian untuk apa seh?”
“Hmmm? jadi nolak neh ceritanya? non mau jadi bintang porno lokal? okeh,
tinggal bapak upload nih videonya ke internet” (waow, benar-benar pakar
iptek ne tua bangke, pake kata-kata upload segala cin!)
“Eh..eh jangan pak, jangan! masa gara-gara itu aja bapak marah? aku
capek pak, pengen istirahat di belakang bentar. Boleh ya? pleaseeee!”
pintanya dengan wajah memelas.
“Nggak! sekali di depan tetep didepan! cepetan naek!” perintah si supir galak.
Tidak ingin memperpanjang urusan dan juga khawatir mendengar ancaman
supirnya, Donita pun mengalah untuk duduk di kursi depan bersama
supirnya. Memang itulah yang ingin sekali dihindari gadis itu. Alasan
‘capek’ dan ‘pengen istirahat’ itu hanyalah trik untuk mengelabui
supirnya. Sejak awal dia memang ingin menghindari semua kemungkinan yang
bisa berujung persetubuhan dengan tua bangka itu. Akhirnya dengan
perasaan sangat terpaksa, gadis manis itu akhirnya membuka pintu depan,
lalu duduk bersebelahan dengan supirnya yang menyeringai dan menatap
dirinya dengan pandangan aneh. Donita menebak-nebak apa maksud dari
ekspresi wajah pak Supri. Apakah itu pertanda senang bagi sang supir
karena telah berhasil menaklukkan dan menguasai dirinya atau ada hal
lain yang disembunyikan. Entahlah, yang jelas dia sudah sangat lelah.
Lelah karena dihujani aktivitas syuting yang menguras tenaganya dan juga
lelah karena mendapat persoalan baru dengan supirnya ini. Ditengah
berbagai macam hal yang berputar-putar dalam pikirannya, gadis itu
merasakan belaian halus di kepalanya.
“Non capek ya? kasian! emang ngapain aja seh seharian?” tanyanya sok perhatian dan pura-pura tak tahu kegiatan majikannya.
“Ya iyalah pak! kan abis kerja seharian! emang ada apa seh nanya-nanya?
tumben bapak perhatian!” jawabnya yang curiga dengan sikap baik orang
tua itu.
“Enggak juga kok. Kan udah kewajiban saya untuk nyenengin dan melayani
majikan. Apalagi untuk urusan ngentot! betul gak non? hua ha ha ha!”
Ingin rasanya dia menonjok wajah jelek pria buruk rupa itu, tapi dia
masih bisa menahan diri dan memilih diam saja. Merasa kata-katanya tidak
direspon, sang supir tidak menunda-nunda lagi aksinya. Tangan kiri yang
digunakan untuk menggerakkan persneling gigi mobil, meluncur cepat
menuju ke depan kancing celana jeans yang dipakai Donita dan membukanya.
Donita yang tidak siap dengan serangan itu, tidak sempat bereaksi
sehingga sang supir berhasil membuka kancing celananya.
“Pak, stop! apa-apaan ih? udah gila ya!” Donita membentak sang supir dan
berusaha menahan tangan yang ingin menyentuh alat vitalnya.
Melihat pelawanan majikannya, supir itu menjambak rambut panjang gadis
itu dan menarik kepalanya ke arah wajahnya sendiri. Tak lupa laju mobil
diperlambat dan dibawa agak ke tepi jalan.
“ Heh non, bapak bilang sama non ya! bapak udah capek kalo tiap kali mau
entotin non harus ngancem non berkali-kali. Jadi gini aja, kalo non
sekali lagi melawan, bapak gak bakalan ngancem lagi. Bakal langsung tak
sebarin tu video. mau hah? kita liyat aja pa kata orang-orang kalo video
non beredar! biar non sekeluarga malu seumur hidup!! gimana?” ucapnya
dengan suara bergetar yang penuh kemarahan tepat di hadapan wajah gadis
itu.
Donita cuma bisa mengangguk. Mata indahnya mulai berkaca-kaca,
perlahan-lahan air mata tumpah mengalir membasahi pipinya. Dengan kasar
supir itu melempar kembali tubuh majikannya ke kursi sampingnya. Donita
sudah tidak bisa menahan lagi isak tangisnya, ia menumpahkan segala
kekesalan dan rasa tidak berdayanya melalui tangisannya. (wah, nangisnya
acting ato beneran nih? secara artis gitu loh!)
“Oalah! kok pake acara nangis segala sih? kan nanti mau dikasih kontol!
jangan nangis lagi ya manis! cup cup cup, diem anak cantik!”
Entah setan macam apa yang ada di dalam diri pria tua ini, sehingga bisa
membuatnya bertingkah seperti itu. Tangannya kini mencoba lagi
beroperasi di sekitaran daerah vagina Donita yang masih tertutup celana.
Gadis itu kini hanya diam saja, membiarkan tangan supirnya menyusup
masuk kedalam celananya. Begitu masuk, tangan itu merayap seperti ular,
melewati pinggiran celana dalam dan akhirnya menemukan apa yang
dicarinya. Digosoknya naik turun kedua pasang bibir memek Donita,
membuat tubuh gadis itu menggeliat keenakan. Elusan halus nan pelan pada
bibir memeknya, jelas membuat nafsunya merambat naik. Dirinya yang tadi
terisak-isak, kini mulai sedikit melenguh dan mendesah pelan. Pak Supri
melihat perubahan pada majikannya, lalu semakin menambah gencar
serangannya. Dua jari yang digunakan untuk mengelus, dimasukkannya ke
dalam lubang vagina itu perlahan dan didiamkan sejenak. Donita
mengekspresikan rasa nikmat yang diberikan jari supirnya, dengan cara
meremas keras pegangan tangan dipintu mobil seraya menggigit bibirnya.
Sayang, kaca mobil itu terlalu gelap jika dilihat dari luar, kalau tidak
sudah pasti pengemudi yang datang dari arah berlawanan dapat melihat
aktivitas kedua insan yang kepalanya sudah penuh diisi dengan nafsu
birahi. Pak Supri bisa merasakan jarinya kini sudah sangat basah oleh
lendir yang keluar dari memek nona majikannya, menandakan gadis itu
sudah sangat siap untuk disetubuhi. Mula-mula dikeluar masukkan jarinya
secara perlahan. Seiring dengan makin banyaknya lendir vagina yang
keluar, sang supir semakin meningkatkan kecepatan kocokan jarinya.
“nnnnggghhh……!!! nnnggghh…ouuuuhhh….!!!!” tak tahan juga dia untuk tidak melenguh.
Pak supir itu juga tak mampu lagi menahan nafsunya lebih lama. Tapi
karena sedang mengemudi, terpaksa dia membagi konsentrasinya antara
menyetir dengan aktivitas mengubel-ubel vagina majikannya. Bahkan
jarinya harus sering keluar dari vagina, untuk menggerak dan mengganti
persneling gigi. Akhirnya Donita memasukkan sendiri jari tangannya ke
dalam vaginanya. Dikorek-korek vaginanya sendiri seakan-akan ada barang
yang tertinggal di dalamnya. Pak Supri menambah kecepatan, tak sanggup
melihat adegan masturbasi itu lebih lama. Begitu mobil memasuki pintu
gerbang, langsung diparkirkan di halaman depan. Pak Supri buru-buru
turun menutup pintu gerbang dan membuka pintu depan mobil. Digendongnya
yang terduduk lemas, sepetonya gadis itu sudah mencapai orgasmenya
dengan bermasturbasi tadi. Dibawanya tubuh lunglai Donita kekolam renang
di samping rumah. Begitu sampai pinggiran, ia membuka seluruh pakaian
gadis dan mencampakkannya kesembarang tempat. Setelah sang nona majikan
telanjang bulat, buru-buru ia juga menelanjangi diri sendiri dan
menceburkan tubuh mereka ke kolam. Kedua tangannya yang sudah keriput
termakan usia tapi masih bertenaga mendekap erat tubuh sang artis.
“Ooouuufffpppph, pak! pelan-pelan dong!” protes Donita, karena tiba-tiba ceburkan paksa.
“Ehehehe…! maap non. Soalnya baru kali ni bapak berenang sambil bugil,
dengan cewek cakep lagi. Gimana? asikkan? hua hak hak!” ujarnya sambil
memeluk erat Donita.
Tak ayal lagi, payudara montok dan kenyal milik sang artis berdesakan
kuat dengan dada kerempeng miliknya. Sehingga kedua insan berbeda jenis
kelamin itu dapat mendengar detak jantung pasangannya masing-masing.
Akhirnya mimpi lama sang supir hampir terwujud. Dulu sewaktu masih muda,
pak Supri punya sebuah impian. Jika sudah menjadi orang kaya dan
menikah dengan seorang wanita cantik nanti, ia akan membuat sebuah rumah
mewah dilengkapi sebuah kolam renang yang besar, sehingga setiap hari
ia dan istrinya bisa bercinta sepuasnya di kolam itu seharian. Walaupun
impian menjadi kaya dan menikah itu sampai sekarang tidah pernah
terkabulkan, tapi impian bercinta dengan seorang gadis cantik jelas
sudah hampir terealisasi sekarang. Tinggal memasukkan penisnya ke dalam
liang vagina si cantik Donita, maka impian itu benar-benar akan resmi
menjadi kenyataaan. Bercinta di dalam kolam renang pun menjadi sensasi
baru bagi Donita. Selama menjalani kehidupan seksnya, ia tak pernah
membayangkan sedikit pun untuk melakukan aktivitas sex di dalam air. Hal
ini benar-benar menjadi pengalaman baru bagi mereka berdua.Tangan kasar
pak Supri mulai menggerayangi tubuh gadis itu. Sang supir meremas
payudara Donita dan memainkan putingnya. Suara desahan pelan keluar dari
bibir seksinya.
Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher supirnya dan mencium bibir
hitam nan tebal milik sang supir dengan agresif. Tanpa ragu dan jijik ia
bermain lidah dengan pria yang mungkin seusia dengan kakeknya. Keduanya
terlibat percumbuan liar di tepian air kolam yang merendam mereka
sebatas dada. Pak Supri meremas pantat berisi Donita dengan gerakan
sedikit mengangkat, lalu menyenderkan punggung gadis itu ke bibir kolam
sehingga tubuh Donita sedikit terangkat, memudahkannya untuk melumat
dengan ganas payudara basah sang artis. Bibir tebal supir itu mencium
dan menyedot kulit payudara serta putingnya sehingga menimbulkan rasa
geli dan nikmat. Tak bosan-bosannya ia menikmati benda yang satu itu,
dijilat, dihisap, digigit, dan ditariknya dengan gemas puting mungil
Donita, membuat tubuh gadis itu bergelinjangan menahan rasa nikmat,
otomatis air kolam pun turut bergoyang-goyang karena aktivitas mereka.
Puas mengerjai buah dada majikannya, pak Supri mengangkat tubuh Donita
dan mendudukkannya di tepi kolam. Tubuh pak tua itu sediri masih berada
dalam air. Sekarang, vagina Donita tepat berhadapan dengan wajah sang
supir. Mulut pak Supri perlahan maju menuju vagina Donita dan
dimainkannya ‘daging’ lezat milik nona majikannya.
“Mmmhh…. paakkkhhhhh!!! gelihh…. auukkhhh!” erangnya saat lidah hangat
pak Supri menjilati belahan vaginanya dan menyeruak masuk ke dalam liang
sempit milknya.
Permainan lidah sang supir mengakibatkan nafu birahi sang artis kini
sudah sangat memuncak. Ingin dia meminta pada pak Supri agar jangan
mempermainkannya lagi dan memohon agar pak tua itu segera menjebloskan
kontol besar memeknya. Tapi, ia sudah tidak mau merendahkan dirinya
lebih jauh lagi di hadapan sang supir. Seluruh kenikmatan yang diterima,
ditumpahkan dengan desahan dan jambakan dalam desahan dan jambakan pada
rambut putih beruban pak Supri.
“Iiiiyyyyaaaaahhhh! paakkkkhhh!!! jilaaattthh, akhhh!!!! terussshhh!!!”
Lidah pak Supri bergerak-gerak liar menjilati bagian dalam liang rahim
nona majikannya, tak lupa juga dia menjilat klitoris sang artis yang
sangat sensitif. Ditambah dengan remasan yang dilakukan kedua tangan pak
Supri, satu di pantat dan satu lagi di sebelah payudaranya membuat
Donita merasakan semua aliran rangsangan kenikmatan itu mengalir ke
seluruh urat syarafnya. Setelah merasa cukup untuk sesi pemanasan, ia
menarik kembali tubuh Donita ke dalam air. Pak Supri menatap lembut
wajah nona majikannya yang cantik jelita. Rambut hitam panjangnya basah
terurai, belum lagi bibir merah dan indah Donita yang sedikit merekah,
membuat sang supir tidah tahan untuk tidak melumatnya kembali. Mereka
pun berciuman sambil berpelukan erat. Penis pak Supri diremas dengan
kuat oleh tangan halus Donita.
“Masukin pak! please masukin kontol bapak ke memek aku! ayoooohh!!”
mohonnya pada sang supir sambil tangannya mengocok pelan penisnya.
Mendengar permintaan gadis itu, si supir segera mengambil alih aroma
besarnya dari tangan Donita dan menekannya ke bibir vagina nona
majikannya.
“oookkkkhhh…. besarkkhh!! pelaaan pakkhhh! kontol lu besar tauuukkhh!
jangan dipaksaain, bisa robek memek gueh!” mulai lagi keluar kebiasaan
buruk sang artis saat bersetubuh.
Tubuh Donita mengejang seperti orang yang menahan sakit, ketika pak
Supri melesakkan si penis dengan kuat kedalam liang memeknya yang kecil.
Begitu sudah masuk semuanya, ia langsung menyodok kencang. Supir tua
itu menggenjot sambil tangannya memegang paha Donita dan meletakkan kaki
jenjang sang artis di kedua tangannya, jadilah gadis itu melayang dalam
air dengan kedua kaki yang ditopang oleh lengan supirnya. Punggungnya
disandarkan di dinding kolam, serta kedua tangan memeluk erat leher si
supir. Erangan nikmatnya sesekali terhambat ketika mulut mereka saling
berpagutan. Pak Supri melepaskan pegangannya pada kaki kiri Donita,
tangannya yang kasar merayap membelai pipi mulus si artis. Membelai
lembut bibir ranumnya, dan semakin turun untuk meremas payudaranya.
Diremasnya payudara gadis itu dengan gemas dan kuat, jari-jarinya dengan
nakal mecubit-cubit daerah aorela dan memainkan puting yang sudah keras
sehingga makin mengeras. Sementara bibir tebal si tua bangka menyusur
bergerak menjelajah bagian telinga. Dijilatnya cuping telinga sang
artis, membuat gadis itu semakin terengah-engah dan menggelinjang tak
karuan. Jilatan didaerah telinga terus berlanjut turun menuju buah dada
yang masih menganggur. Dihisap dan dikenyot kuat buah melon itu, membuat
bekas cupangan kemerahan diseluruh permukaan kulit lembut payudara
gadis itu. Merasa kurang leluasa dengan posisi itu, dibaliknya tubuh
majikannya sehingga kini tubuh sang artis menghadap ke tepian kolam dan
membelakangi supirnya. Kaki kiri Donita diangkat dan kembali ia
melesakkan kontol memasuki liang nikmat sang artis. Tak lupa tangannya
yang sebelah lagi mencengkram buntalan susu gadis itu. Pak Supri menarik
keluar kontolnya sebagian, lalu kembali menghujamkan benda itu kedalam
liang memek Donita sedalam mungkin, begitu dilakukan berulang kali. Air
kolam beriak dengan keras akibat sodokan-sodokan brutal pak Supri. Tubuh
Donita terlonjak-lonjak, pantatnya bertumbukan keras dengan tulang
kelamin supirnya, walaupun tenaga sodokan sang supir sedikit diredam
oleh air. Gadis itu merasakan sedikit rasa perih disekitar dinding
memek, karena bergesekan kuat dengan batang besar berurat supirnya. Tapi
segera rasa sakit itu itu sirna digantikan rasa nikmat tiada tara.
Seluruh syaraf disekitar kelaminnya mengirim semua kenikmatan yang
diterima ke seluruh penjuru tubuh membuat gadis itu kehilangan kontrol
atas tubuhnya sendiri. Pinggulnya secara reflek menjemput tumbukan sang
supir, berusaha menggali semua kenikmatan yang ada. Dinding vagina
Donita terus meremas dan mencengkram penis pak Supri, membuat dia
semakin menggasak vagina itu dengan seluruh tenaganya.
“Emmmffffhhhh!!!! nnnggghhh….!! aaaakkkhhh!!!” sebuah ekspresi kenikmatan yang hebat keluar dari mulut sang artis.
Benar-benar edan pak supir ini. Walaupun kondisi fisiknya sudah tua
renta, tetapi masih memiliki stamina layaknya anak muda. Mungkin benar
kata orang, usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda. Kembali ke
kolam, Donita kini sudah hamper berada diambang batas kekuatannya. Ia
sudah tidak bisa menahan kenikmatan ini lebih lama lagi. Kontol sang
supir yng mengaduk-aduk liang rahimnya sungguh membuatnya gila.
Tangannya mencengkram kuat ubin pinggiran kolam, tubuhnya meronta-ronta
sangking nikmatnya. Payudara yang menggantung bebas, terpental kesana
kemari akibat tumbukan brutal pinggul sang supir. Benar-benar suatu
kenikmatan dahsyat yang diberikan oleh pak Supri. Sang supir yang sudah
diambang batas itu pun benar-benar merasakan nikmatnya hidup saat liang
vagina legit majikannya, meremas dan berusaha meremukkan batangan
kontolnya didalam sana. Nafasnya terasa sesak, seiring semakin kencang
penisnya diremas. Pak tua itu tahu bahwa majikannysa akan sampai
dipuncak kenikmatannya sebentar lagi. Tak ingin kalah, pak Supri meremas
kuat pantat Donita dan menggoyang serta menyodok secepat yang ia bisa.
“ooouuugggghhhh…. iyyyahhh!!! enaaaakkk…. lebbbih keraaasss… paakkhhh!!
yanggghh… eeghhfff…. kenceennggg!! AAAhhhgggHHH!!” Donita mengerang kuat
dengan badan melengkung ke belakang, meresapi kenikmatan orgasme yang
dirasakannya.
Melihat nona majikannya sudah keluar duluan, Sang supir pun semakin
menambah kecepatannya. Sambil menggenjot, pak Supri bisa merasakan
otot-otot memek Donita masih berkontraksi selepas orgasme, berusaha
meremas penisnya agar menumpahkan muatannya secepat mungkin. Ia pun
semakin brutal menyentakkan penisnya. Setelah beberapa sodokan kuat, ia
tidak tahan lagi. Dengan tubuh bergetar ia memeluk Donita dan memompakan
semua benihnya dalam tubuh gadis itu.
“Nnnnnhgggggghhhh!!! Makanhh…. niiiikhhh peejjuuukkhhh guueeekkkhhhh…!! Huuurrrgghh!!!”
Lenguhan panjang keluar dari mulut sang supir. Ditekannya sedalam
mungkin penisnya sampai mentok, batangan super itu pun menyemburkan
semua isinya, memenuhi rongga kewanitaan sang artis. Bahkan ada sebagian
yang keluar dari vagina, karena sangking banyaknya sperma yang
dikeluarkan sehingga nampak sedikit gumpalan air mani kental pak Supri
dipermukaan air kolam. Nafas keduanya memburu tidak beraturan. Tubuh
Donita yang sedari tadi siang kelelahan karena aktivitas di lokasi
syuting kini bertambah lunglai akibat persetubuhan dengan supirnya.
Sadar akan kondisi nona majikannya yang sudah sangat kecapaian, pak tua
itu segera menarik keluar kontolnya dari vagina Donita. Begitu terlepas,
pak Supri bergegas mengangkat Donita keluar dari kolam. Dengan tetap
bertelanjang ria, sang supir menggendong tubuh majikannya yang
sepertinya sudah agak kehilangan kesadaran untuk dibawa masuk ke kamar
melalui pintu samping. Tanpa disadari oleh keduanya, ada sesosok
bayangan orang yang berdiri di samping tembok depan rumah mengintip
mereka. Sepetinya orang itu sudah sedari tadi berada disana. Sosok
misterius itu menyeringai sambil melihat hasil rekaman adegan
persetubuhan Donita dan sang supir, yang direkam melalui handycam
miliknya. Siapakah sebenarnya orang itu dan apa sebenarnya tujuannya
merekam adegan panas Donita?? Semuanya masih menjadi teka-teki yang
belum dapat terjawab.
Benar-benar kurang ajar pak tua ini. Sebegitu mudahnya dia mengeluarkan
kata-kata cabul seperti itu di hadapan seorang wanita, apalagi yang ada
di hadapannya ini adalah majikannya sendiri. Tapi supir itu bicara
layaknya kepada seorang pelacur saja. Kontan telinga Donita panas
mendengar perkataan sang supir yang jelas-jelas sangat merendahkan
dirinya.
“Heh pak! kalo ngomong yang sopan dikit ya! pernah makan bangku
sekolahan ga? aku ni majikan bapak! Jadi tolong dijaga mulutnya! Bapak
mau saya pecat hah?” bentaknya, kesal juga diperlakukan seperti itu.
“ya, ya non! maap! kan cuman canda doang! galak amat sih? jangan suka
marah-marah non, nanti cepet tua loh! oke manis? hak hak hak” ujarnya
meminta maaf sambil tangannya menowel dagu gadis cantik itu.
“Udah tunggu apa lagi? cepetan ganti baju! gara-gara bapak aku jadi telat tau!”
Dengan terburu-buru Donita beranjak pergi menjauh dari sarang sang iblis
tua, takut jika dia gelap mata dan menyeret dirinya ke dalam kamarnya
untuk disetubuhi lagi. Setelah majikannya pergi, sang supir membuka baju
yang ia kenakan. Sambil bersiul, pak tua itu mengambil “seragam dinas
kesupiran-nya” dan memakainya secepat kilat. Setelah selesai,
sempat-sempatnya dia menarik resleting celana dan mengeluarkan “batang”
kebanggaannya. Dikocok dan dielus-elusnya secara perlahan ‘ular besar’
itu hingga berdiri tegak.
“ He he he…., sabar ya jon, sabar! nanti ente ane kasih lagi deh memek
tuh cewek, oce? sabar ya! sekarang ente istirahat dulu, tunggu tanggal
mainnya…. hak hak hak!” ujarnya sinting kepada penisnya, seakan-akan
benda itu hidup dan mengerti perkataannya saja. Sesudah mengunci pintu
kamar dan tentu saja mengamankan ‘senjata’ yang bisa membuat para wanita
takluk pada dirinya, ia membuka pintu bagasi lalu mengeluarkan mobil
mewah milik sang artis. Saat mencari-cari gadis itu, ternyata Donita
sedang duduk menunggu di kursi teras rumah dan langsung naik kedalam
mobil begitu mobil dikeluarkan. Donita duduk dikursi belakang, tapi dia
merasa tidak nyaman dengan keberadaan sang supir yang acap kali ketahuan
sedang melirik-lirik tubuhnya melalui kaca spion mobil sepanjang
perjalanan. Tentu saja dia gelisah. Bagaimana mungkin gadis itu bisa
tenang, jika mengingat peristiwa yang tadi malam dilakukan oleh mereka
berdua. Terbayang dalam pikiran gadis itu, bisa saja pak Supri ini
menculiknya atau membawanya ke tempat yang sepi, dan memaksa dirinya
untuk kembali memuaskan nafsu birahi sang supir yang terus membara
layaknya api yang tidak mau padam. Apalagi jika dirinya menolak, yah
sudah pasti si supir akan kembali membuka jurus ampuhnya, yang tak lain
dan tak bukan adalah ancaman akan menyebarkan video mesum yang
dibintangi oleh sang artis. Membuat dirinya terangsang juga memikirkan
hal yang demikian.
Pak Supri yang melihat sang nona majikan melalui kaca mobil, bisa
melihat raut kegelisahan yang terpancar dari wajah cantik sang artis.
Dia hanya bisa tertawa geli dalam hatinya, dan berusaha mencari-cari
cara apa lagi yang seru dan asik untuk mengerjai dan menikmati berjuta
kenikmatan yang ditawarkan oleh tubuh molek gadis itu. Karena sedang
ayik-asyiknya terlarut dalam khayalan masing-masing, tidak terasa mobil
telah sampai di lokasi dan langsung dibawa masuk ke dalam pelataran
parkir tertutup sebuah gedung, yang merupakan tempat akan dilakukannya
beberapa pengambilan scene sinetron yang dibintangi oleh Donita. Setelah
mobil diparkir, gadis itu turun dan menghampiri pak Supri yang masih
duduk dalam mobil.
“Pak, nanti jemput aku jangan kelamaan ya! nih uang untuk rokok!”
pesannya pada supir itu seraya memberinya tiga lembar uang lima puluh
ribu.
Dengan cepat pak Supri mengambil uang itu dan dengan cepat pula, supir
itu menarik kerah kaus yang dikenakan Donita. Dibukanya kancing-kancing
kaus itu dengan cekatan, dan disingkapnya bra coklat milik gadis itu
keatas. Otomatis, kedua buah dada Donita yang montok dan ranum terbuka
dan menggantung dengan bebasnya dihadapan wajah si tua bangka itu.
Donita yang terkejut dengan perbuatan supirnya, berusaha untuk
memberontak. Tapi dengan kuat, tangannya meremas pergelangan tangan sang
artis, sehingga membuat gadis itu kesakitan dan berbisik pelan.
“Non diem aja! saya mau nyusu bentar! kalo non ngelawan gitu, nanti ada
orang yang bakalan datang dan ngeliat kita, non mau? jadi tenang aja ya
manis!” bisiknya di dekat telinga gadis itu dengan raut wajah jeleknya
yang sangat serius dan agak sedikit menyeramkan.
Kali ini perbuatan si supir benar-benar sudah melewati batas, melakukan
hal cabul seperti itu ditempat terbuka begini. Donita sebenarnya masih
ingin melawan, tetapi dia takut apabila ada orang yang kebetulan lewat
lalu mendekat karena ada sedikit kegaduhan di tempat itu dan memergoki
dirinya dalam kondisi sekarang, bisa celaka!. Dan juga ancaman serta
kata-kata supirnya barusan, menandakan pria tua ini tidak main-main.
Bisa saja dia ‘mendiamkan’ dirinya dengan caranya sendiri yang mungkin
lebih berbahaya, sehingga membuatnya pasrah saja dengan perlakuan
supirnya itu. Berdiri diluar mobil dengan kondisi tubuh setengah terbuka
seperti sekarang, jelas membuat gadis cantik itu gemetar ketakutan
setengah mati. Memang tempat parkiran itu tertutup dan dipenuhi banyak
mobil, tapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang kebetulan lewat dan
melihat perbuatan yang sedang mereka lakukan. Selagi berbagai macam hal
sedang berkecamuk dalam pikiran sang artis, dengan sangat bernafsu supir
itu meremas-remas payudaranya. Donita bisa merasakan jari jemari pak
Supri melingkari puting susunya dan menggoyang-goyang benda bulat kenyal
itu, seperti mengocok obat sebelum diminum. Donita mulai terengah-engah
akibat perbuatan si supir dan sedikit kesulitan mengatur nafasnya.
Jantungnya berdetak dengan keras, rasa takut perbuatan mesum sang supir
dilihat orang lain dibarengi dengan api nafsu yang berkobar. Gadis itu
sudah tidak punya lagi keinginan untuk melawan, pasrah menerima resiko
apaun yang akan terjadi.
Mulai merasa bosan hanya dengan meremas, bibir hitam tebal milik sang
supir mendekat dan melumat tanpa ampun pentil susu yang sudah sedari
tadi mengacung, menantangnya untuk dilahap. Tubuh gadis itu sedikit
melonjak kaget ketika merasakan mulut serta lidah hangat milik supirnya,
mengenyot dan menghisap puting payudaranya. Ditambah lagi bibir pria
tua itu aktif mencium dan menjilat setiap jengkal wilayah payudaranya.
Tanpa disadari Donita reflek memajukan tubuhnya, seolah-olah memberikan
akses kepada supirnya agar lebih leluasa menikmati dan melahap setiap
jengkal bagian tubuhnya yang indah itu. Merasa bahwa nona majikannya
sudah takluk seutuhnya, pak Supri menambah hisapan dan jilatannya dengan
menggigit-gigit pelan puting mungil kemerahan itu, membuat sensasi
kenikmatan yang diterima Donita semakin menjadi-jadi, menjalar dari dada
ke seluruh tubuhnya.
“oooooohhhhhhh!!! pakkkkkhhhh! jangan kenceng-kenceng nyedotnyaaahh!!”
lenguhnya menahan nikmat, seraya mengingatkan supirnya agar tidak
terlalu keras menghisap buah dadanya.
Sang supir tersenyum puas melihat reaksi dan ekspresi wajah sang artis
yang merah padam menahan gelora birahi. Andai kata ada orang yang
kebetulan melintasi tempat itu dan melihat mereka berdua, dijamin dia
bakal langsung menubruk dan memerkosa sang artis saat itu juga. Tapi
entah mengapa, sejak dari tadi tidak ada sedikit pun tanda-tanda akan
adanya seseorang yang melintas ataupun menuju ke tempat parkiran itu.
Entah karena semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja atau memang
karena sang iblis, yang memberikan kesempatan emas kepada pak Supri agar
bisa melakukan perbuatan mesumnya pada sang artis. Sedang
asyik-asyiknya mengunyah puting sang nona majikan, tiba-tiba hand phone
milik pak tua itu berbunyi.
“Wong edaaan!!!! gak tau orang lagi enak apa! sontoloyo!!” makinya kesal.
Bgaimana tidak kesal? sedang asyik menyusu,ada saja orang yang
mengganggu. Tapi setelah melihat layar hpnya, raut wajah supir itu
berubah.
“Oalah cup! koe rupanya toh! ho’h, ho’h! gue langsung kesana ya! iya
rebes, santai aja!” (hmmm.. patut dicurigai nih nada bicara si supir)
Setelah memutus sambungan telepon, dimasukkannya hp itu ke saku bajunya.
“Non, kita lanjutin dirumah lagi ya nanti, acara nyusunya! bapak ada
kerjaan dulu nih! jemputnya jam berapa ntar?” tanyanya enteng, tanpa
merasa bersalah sedikitpun.
“hhh… jam dua! jangan telat, ya pak!” jawab gadis itu dengan nafas yang tersengal-sengal.
Tampaknya Donita sudah bisa menerima status tidak resminya sebagai alat
pemuas syahwat pak Supri. Hal ini bisa dilihat dari sikapnya yang tidak
memarahi sang supir, yang sudah melakukan perbuatan cabul seperti itu di
tempat umum. Setelah bisa mengontrol dirinya, Donita membetulkan
kembali pakaiannya yang sudah acak-acakan dan agak sedikit kusut.
“ Ya udah non, bapak pergi dulu! dadah!” pamitnya seraya mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.
Donita cuma bisa memendam kekesalan dalam hati, walau agak kecewa dengan
pekerjaan ‘tanggung’ supirnya. Sadar bahwa sudah ditunggu sedari tadi,
dia pun meninggalkan lapangan parkir itu dengan terburu-buru.
“Yaahhh…. dimarahin lagi deh sama si bos!” batinnya dalam hati sambil melangkah cepat.
******************************
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, membuat sang mentari kini
berada tepat ditengah-tengah langit sembari memancarkan sinarnya yang
terik dan menyengat. Jarum jam menunjukkan angka dua kurang sepuluh
menit. Tampak Donita sedang duduk kelelahan di atas sebuah kursi plastik
sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Pengambilan adegan sinetron kejar
tayang yang dilakoninya kini sudah selesai. Saat sedang istirahat dengan
santainya, tiba-tiba lawan mainnya yang seorang artis cowok ganteng
sekaligus penyanyi dan saat ini sering diburu oleh nyamuk-nyamuk
infotaintment karena baru saja memutuskan kekasihnya yang sudah sangat
lama dipacari (bagi yang sering nonton sinetron sc**, pasti tau deh
siapa tuh cowok), muncul dengan membawa sepiring nasi goreng.
“Hay cantik! sendirian aja ni! o ya neh tadi pak sutradara nitipin nasi goreng buat elo. Dimakan ya.” ujarnya dengan senyuman.
“Ow, thanks! maaf kalo ngerepotin. Pas banget, gue lagi laper berat ne!”
jawabnya disertai senyuman yang tak kalah manis, membuat pemuda itu
agak salah tingkah.
“Ok, sama-sama. Kalo gitu gue pulang dulu ya, dah!”
“Daahhh!”
Sepeninggal pemuda itu, Donita langsung melahap nasi goreng itu. Memang
sedari tadi dia sudah kelaparan, rencananya ia ingin maklan di rumah
saja. Yah tapi sayangkan kalau makanan itu ditolak?. Setelah
menghabiskan makanannya, gadis itu menelepon pak Supri untuk
menjemputnya. Sebelum sempat memencet nomor sang supir, rupanya pak tua
itu sudah lebih dulu meneleponnya.
“Halo pak! lagi dimana? aku dah selesai neh!”
“Saya dah di depan non!” jawabnya di seberang telepon.
“Oh ya udah! aku kesana ya!”
Setelah membereskan barang-barang bawaannya dan berpamitan kepada semua
kru, ia berjalan keluar dari gedung menuju tempat si supir menunggu.
Terlintas dalam benaknya bila sudah sampai dirumah nanti apakah pak
Supri akan ‘menggarapnya’ lagi?, jawabannya sudah tentu pasti. Tidak
mungkin pak tua itu akan melepaskan kesempatan emas begitu saja, apalagi
dirumah sedang tidak ada orang. Pak Supri dapat dengan leluasa
menyetubuhinya dimana pun dan kapan pun dia mau. Lelah membayangkan
semua itu, ia memilih pasrah saja. Membiarkan semuanya terjadi layaknya
air yang mengalir. Cuma satu hal saat ini yang ingin ia lakukan,
memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk istirahat sepuasnya.
Begitu sampai di tempat supirnya menunggu, dia langsung masuk ke dalam
mobil. Namun, saat baru akan membuka pintu belakang mobilnya, terdengar
suara sang supir yang berkata,
“Non, jangan duduk dibelakang dong! didepan atuh, temanin bapak nyetir!”
“Males ah! aku mau nyantai dibelakang. Lagian untuk apa seh?”
“Hmmm? jadi nolak neh ceritanya? non mau jadi bintang porno lokal? okeh,
tinggal bapak upload nih videonya ke internet” (waow, benar-benar pakar
iptek ne tua bangke, pake kata-kata upload segala cin!)
“Eh..eh jangan pak, jangan! masa gara-gara itu aja bapak marah? aku
capek pak, pengen istirahat di belakang bentar. Boleh ya? pleaseeee!”
pintanya dengan wajah memelas.
“Nggak! sekali di depan tetep didepan! cepetan naek!” perintah si supir galak.
Tidak ingin memperpanjang urusan dan juga khawatir mendengar ancaman
supirnya, Donita pun mengalah untuk duduk di kursi depan bersama
supirnya. Memang itulah yang ingin sekali dihindari gadis itu. Alasan
‘capek’ dan ‘pengen istirahat’ itu hanyalah trik untuk mengelabui
supirnya. Sejak awal dia memang ingin menghindari semua kemungkinan yang
bisa berujung persetubuhan dengan tua bangka itu. Akhirnya dengan
perasaan sangat terpaksa, gadis manis itu akhirnya membuka pintu depan,
lalu duduk bersebelahan dengan supirnya yang menyeringai dan menatap
dirinya dengan pandangan aneh. Donita menebak-nebak apa maksud dari
ekspresi wajah pak Supri. Apakah itu pertanda senang bagi sang supir
karena telah berhasil menaklukkan dan menguasai dirinya atau ada hal
lain yang disembunyikan. Entahlah, yang jelas dia sudah sangat lelah.
Lelah karena dihujani aktivitas syuting yang menguras tenaganya dan juga
lelah karena mendapat persoalan baru dengan supirnya ini. Ditengah
berbagai macam hal yang berputar-putar dalam pikirannya, gadis itu
merasakan belaian halus di kepalanya.
“Non capek ya? kasian! emang ngapain aja seh seharian?” tanyanya sok perhatian dan pura-pura tak tahu kegiatan majikannya.
“Ya iyalah pak! kan abis kerja seharian! emang ada apa seh nanya-nanya?
tumben bapak perhatian!” jawabnya yang curiga dengan sikap baik orang
tua itu.
“Enggak juga kok. Kan udah kewajiban saya untuk nyenengin dan melayani
majikan. Apalagi untuk urusan ngentot! betul gak non? hua ha ha ha!”
Ingin rasanya dia menonjok wajah jelek pria buruk rupa itu, tapi dia
masih bisa menahan diri dan memilih diam saja. Merasa kata-katanya tidak
direspon, sang supir tidak menunda-nunda lagi aksinya. Tangan kiri yang
digunakan untuk menggerakkan persneling gigi mobil, meluncur cepat
menuju ke depan kancing celana jeans yang dipakai Donita dan membukanya.
Donita yang tidak siap dengan serangan itu, tidak sempat bereaksi
sehingga sang supir berhasil membuka kancing celananya.
“Pak, stop! apa-apaan ih? udah gila ya!” Donita membentak sang supir dan
berusaha menahan tangan yang ingin menyentuh alat vitalnya.
Melihat pelawanan majikannya, supir itu menjambak rambut panjang gadis
itu dan menarik kepalanya ke arah wajahnya sendiri. Tak lupa laju mobil
diperlambat dan dibawa agak ke tepi jalan.
“ Heh non, bapak bilang sama non ya! bapak udah capek kalo tiap kali mau
entotin non harus ngancem non berkali-kali. Jadi gini aja, kalo non
sekali lagi melawan, bapak gak bakalan ngancem lagi. Bakal langsung tak
sebarin tu video. mau hah? kita liyat aja pa kata orang-orang kalo video
non beredar! biar non sekeluarga malu seumur hidup!! gimana?” ucapnya
dengan suara bergetar yang penuh kemarahan tepat di hadapan wajah gadis
itu.
Donita cuma bisa mengangguk. Mata indahnya mulai berkaca-kaca,
perlahan-lahan air mata tumpah mengalir membasahi pipinya. Dengan kasar
supir itu melempar kembali tubuh majikannya ke kursi sampingnya. Donita
sudah tidak bisa menahan lagi isak tangisnya, ia menumpahkan segala
kekesalan dan rasa tidak berdayanya melalui tangisannya. (wah, nangisnya
acting ato beneran nih? secara artis gitu loh!)
“Oalah! kok pake acara nangis segala sih? kan nanti mau dikasih kontol!
jangan nangis lagi ya manis! cup cup cup, diem anak cantik!”
Entah setan macam apa yang ada di dalam diri pria tua ini, sehingga bisa
membuatnya bertingkah seperti itu. Tangannya kini mencoba lagi
beroperasi di sekitaran daerah vagina Donita yang masih tertutup celana.
Gadis itu kini hanya diam saja, membiarkan tangan supirnya menyusup
masuk kedalam celananya. Begitu masuk, tangan itu merayap seperti ular,
melewati pinggiran celana dalam dan akhirnya menemukan apa yang
dicarinya. Digosoknya naik turun kedua pasang bibir memek Donita,
membuat tubuh gadis itu menggeliat keenakan. Elusan halus nan pelan pada
bibir memeknya, jelas membuat nafsunya merambat naik. Dirinya yang tadi
terisak-isak, kini mulai sedikit melenguh dan mendesah pelan. Pak Supri
melihat perubahan pada majikannya, lalu semakin menambah gencar
serangannya. Dua jari yang digunakan untuk mengelus, dimasukkannya ke
dalam lubang vagina itu perlahan dan didiamkan sejenak. Donita
mengekspresikan rasa nikmat yang diberikan jari supirnya, dengan cara
meremas keras pegangan tangan dipintu mobil seraya menggigit bibirnya.
Sayang, kaca mobil itu terlalu gelap jika dilihat dari luar, kalau tidak
sudah pasti pengemudi yang datang dari arah berlawanan dapat melihat
aktivitas kedua insan yang kepalanya sudah penuh diisi dengan nafsu
birahi. Pak Supri bisa merasakan jarinya kini sudah sangat basah oleh
lendir yang keluar dari memek nona majikannya, menandakan gadis itu
sudah sangat siap untuk disetubuhi. Mula-mula dikeluar masukkan jarinya
secara perlahan. Seiring dengan makin banyaknya lendir vagina yang
keluar, sang supir semakin meningkatkan kecepatan kocokan jarinya.
“nnnnggghhh……!!! nnnggghh…ouuuuhhh….!!!!” tak tahan juga dia untuk tidak melenguh.
Pak supir itu juga tak mampu lagi menahan nafsunya lebih lama. Tapi
karena sedang mengemudi, terpaksa dia membagi konsentrasinya antara
menyetir dengan aktivitas mengubel-ubel vagina majikannya. Bahkan
jarinya harus sering keluar dari vagina, untuk menggerak dan mengganti
persneling gigi. Akhirnya Donita memasukkan sendiri jari tangannya ke
dalam vaginanya. Dikorek-korek vaginanya sendiri seakan-akan ada barang
yang tertinggal di dalamnya. Pak Supri menambah kecepatan, tak sanggup
melihat adegan masturbasi itu lebih lama. Begitu mobil memasuki pintu
gerbang, langsung diparkirkan di halaman depan. Pak Supri buru-buru
turun menutup pintu gerbang dan membuka pintu depan mobil. Digendongnya
yang terduduk lemas, sepetonya gadis itu sudah mencapai orgasmenya
dengan bermasturbasi tadi. Dibawanya tubuh lunglai Donita kekolam renang
di samping rumah. Begitu sampai pinggiran, ia membuka seluruh pakaian
gadis dan mencampakkannya kesembarang tempat. Setelah sang nona majikan
telanjang bulat, buru-buru ia juga menelanjangi diri sendiri dan
menceburkan tubuh mereka ke kolam. Kedua tangannya yang sudah keriput
termakan usia tapi masih bertenaga mendekap erat tubuh sang artis.
“Ooouuufffpppph, pak! pelan-pelan dong!” protes Donita, karena tiba-tiba ceburkan paksa.
“Ehehehe…! maap non. Soalnya baru kali ni bapak berenang sambil bugil,
dengan cewek cakep lagi. Gimana? asikkan? hua hak hak!” ujarnya sambil
memeluk erat Donita.
Tak ayal lagi, payudara montok dan kenyal milik sang artis berdesakan
kuat dengan dada kerempeng miliknya. Sehingga kedua insan berbeda jenis
kelamin itu dapat mendengar detak jantung pasangannya masing-masing.
Akhirnya mimpi lama sang supir hampir terwujud. Dulu sewaktu masih muda,
pak Supri punya sebuah impian. Jika sudah menjadi orang kaya dan
menikah dengan seorang wanita cantik nanti, ia akan membuat sebuah rumah
mewah dilengkapi sebuah kolam renang yang besar, sehingga setiap hari
ia dan istrinya bisa bercinta sepuasnya di kolam itu seharian. Walaupun
impian menjadi kaya dan menikah itu sampai sekarang tidah pernah
terkabulkan, tapi impian bercinta dengan seorang gadis cantik jelas
sudah hampir terealisasi sekarang. Tinggal memasukkan penisnya ke dalam
liang vagina si cantik Donita, maka impian itu benar-benar akan resmi
menjadi kenyataaan. Bercinta di dalam kolam renang pun menjadi sensasi
baru bagi Donita. Selama menjalani kehidupan seksnya, ia tak pernah
membayangkan sedikit pun untuk melakukan aktivitas sex di dalam air. Hal
ini benar-benar menjadi pengalaman baru bagi mereka berdua.Tangan kasar
pak Supri mulai menggerayangi tubuh gadis itu. Sang supir meremas
payudara Donita dan memainkan putingnya. Suara desahan pelan keluar dari
bibir seksinya.
Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher supirnya dan mencium bibir
hitam nan tebal milik sang supir dengan agresif. Tanpa ragu dan jijik ia
bermain lidah dengan pria yang mungkin seusia dengan kakeknya. Keduanya
terlibat percumbuan liar di tepian air kolam yang merendam mereka
sebatas dada. Pak Supri meremas pantat berisi Donita dengan gerakan
sedikit mengangkat, lalu menyenderkan punggung gadis itu ke bibir kolam
sehingga tubuh Donita sedikit terangkat, memudahkannya untuk melumat
dengan ganas payudara basah sang artis. Bibir tebal supir itu mencium
dan menyedot kulit payudara serta putingnya sehingga menimbulkan rasa
geli dan nikmat. Tak bosan-bosannya ia menikmati benda yang satu itu,
dijilat, dihisap, digigit, dan ditariknya dengan gemas puting mungil
Donita, membuat tubuh gadis itu bergelinjangan menahan rasa nikmat,
otomatis air kolam pun turut bergoyang-goyang karena aktivitas mereka.
Puas mengerjai buah dada majikannya, pak Supri mengangkat tubuh Donita
dan mendudukkannya di tepi kolam. Tubuh pak tua itu sediri masih berada
dalam air. Sekarang, vagina Donita tepat berhadapan dengan wajah sang
supir. Mulut pak Supri perlahan maju menuju vagina Donita dan
dimainkannya ‘daging’ lezat milik nona majikannya.
“Mmmhh…. paakkkhhhhh!!! gelihh…. auukkhhh!” erangnya saat lidah hangat
pak Supri menjilati belahan vaginanya dan menyeruak masuk ke dalam liang
sempit milknya.
Permainan lidah sang supir mengakibatkan nafu birahi sang artis kini
sudah sangat memuncak. Ingin dia meminta pada pak Supri agar jangan
mempermainkannya lagi dan memohon agar pak tua itu segera menjebloskan
kontol besar memeknya. Tapi, ia sudah tidak mau merendahkan dirinya
lebih jauh lagi di hadapan sang supir. Seluruh kenikmatan yang diterima,
ditumpahkan dengan desahan dan jambakan dalam desahan dan jambakan pada
rambut putih beruban pak Supri.
“Iiiiyyyyaaaaahhhh! paakkkkhhh!!! jilaaattthh, akhhh!!!! terussshhh!!!”
Lidah pak Supri bergerak-gerak liar menjilati bagian dalam liang rahim
nona majikannya, tak lupa juga dia menjilat klitoris sang artis yang
sangat sensitif. Ditambah dengan remasan yang dilakukan kedua tangan pak
Supri, satu di pantat dan satu lagi di sebelah payudaranya membuat
Donita merasakan semua aliran rangsangan kenikmatan itu mengalir ke
seluruh urat syarafnya. Setelah merasa cukup untuk sesi pemanasan, ia
menarik kembali tubuh Donita ke dalam air. Pak Supri menatap lembut
wajah nona majikannya yang cantik jelita. Rambut hitam panjangnya basah
terurai, belum lagi bibir merah dan indah Donita yang sedikit merekah,
membuat sang supir tidah tahan untuk tidak melumatnya kembali. Mereka
pun berciuman sambil berpelukan erat. Penis pak Supri diremas dengan
kuat oleh tangan halus Donita.
“Masukin pak! please masukin kontol bapak ke memek aku! ayoooohh!!”
mohonnya pada sang supir sambil tangannya mengocok pelan penisnya.
Mendengar permintaan gadis itu, si supir segera mengambil alih aroma
besarnya dari tangan Donita dan menekannya ke bibir vagina nona
majikannya.
“oookkkkhhh…. besarkkhh!! pelaaan pakkhhh! kontol lu besar tauuukkhh!
jangan dipaksaain, bisa robek memek gueh!” mulai lagi keluar kebiasaan
buruk sang artis saat bersetubuh.
Tubuh Donita mengejang seperti orang yang menahan sakit, ketika pak
Supri melesakkan si penis dengan kuat kedalam liang memeknya yang kecil.
Begitu sudah masuk semuanya, ia langsung menyodok kencang. Supir tua
itu menggenjot sambil tangannya memegang paha Donita dan meletakkan kaki
jenjang sang artis di kedua tangannya, jadilah gadis itu melayang dalam
air dengan kedua kaki yang ditopang oleh lengan supirnya. Punggungnya
disandarkan di dinding kolam, serta kedua tangan memeluk erat leher si
supir. Erangan nikmatnya sesekali terhambat ketika mulut mereka saling
berpagutan. Pak Supri melepaskan pegangannya pada kaki kiri Donita,
tangannya yang kasar merayap membelai pipi mulus si artis. Membelai
lembut bibir ranumnya, dan semakin turun untuk meremas payudaranya.
Diremasnya payudara gadis itu dengan gemas dan kuat, jari-jarinya dengan
nakal mecubit-cubit daerah aorela dan memainkan puting yang sudah keras
sehingga makin mengeras. Sementara bibir tebal si tua bangka menyusur
bergerak menjelajah bagian telinga. Dijilatnya cuping telinga sang
artis, membuat gadis itu semakin terengah-engah dan menggelinjang tak
karuan. Jilatan didaerah telinga terus berlanjut turun menuju buah dada
yang masih menganggur. Dihisap dan dikenyot kuat buah melon itu, membuat
bekas cupangan kemerahan diseluruh permukaan kulit lembut payudara
gadis itu. Merasa kurang leluasa dengan posisi itu, dibaliknya tubuh
majikannya sehingga kini tubuh sang artis menghadap ke tepian kolam dan
membelakangi supirnya. Kaki kiri Donita diangkat dan kembali ia
melesakkan kontol memasuki liang nikmat sang artis. Tak lupa tangannya
yang sebelah lagi mencengkram buntalan susu gadis itu. Pak Supri menarik
keluar kontolnya sebagian, lalu kembali menghujamkan benda itu kedalam
liang memek Donita sedalam mungkin, begitu dilakukan berulang kali. Air
kolam beriak dengan keras akibat sodokan-sodokan brutal pak Supri. Tubuh
Donita terlonjak-lonjak, pantatnya bertumbukan keras dengan tulang
kelamin supirnya, walaupun tenaga sodokan sang supir sedikit diredam
oleh air. Gadis itu merasakan sedikit rasa perih disekitar dinding
memek, karena bergesekan kuat dengan batang besar berurat supirnya. Tapi
segera rasa sakit itu itu sirna digantikan rasa nikmat tiada tara.
Seluruh syaraf disekitar kelaminnya mengirim semua kenikmatan yang
diterima ke seluruh penjuru tubuh membuat gadis itu kehilangan kontrol
atas tubuhnya sendiri. Pinggulnya secara reflek menjemput tumbukan sang
supir, berusaha menggali semua kenikmatan yang ada. Dinding vagina
Donita terus meremas dan mencengkram penis pak Supri, membuat dia
semakin menggasak vagina itu dengan seluruh tenaganya.
“Emmmffffhhhh!!!! nnnggghhh….!! aaaakkkhhh!!!” sebuah ekspresi kenikmatan yang hebat keluar dari mulut sang artis.
Benar-benar edan pak supir ini. Walaupun kondisi fisiknya sudah tua
renta, tetapi masih memiliki stamina layaknya anak muda. Mungkin benar
kata orang, usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda. Kembali ke
kolam, Donita kini sudah hamper berada diambang batas kekuatannya. Ia
sudah tidak bisa menahan kenikmatan ini lebih lama lagi. Kontol sang
supir yng mengaduk-aduk liang rahimnya sungguh membuatnya gila.
Tangannya mencengkram kuat ubin pinggiran kolam, tubuhnya meronta-ronta
sangking nikmatnya. Payudara yang menggantung bebas, terpental kesana
kemari akibat tumbukan brutal pinggul sang supir. Benar-benar suatu
kenikmatan dahsyat yang diberikan oleh pak Supri. Sang supir yang sudah
diambang batas itu pun benar-benar merasakan nikmatnya hidup saat liang
vagina legit majikannya, meremas dan berusaha meremukkan batangan
kontolnya didalam sana. Nafasnya terasa sesak, seiring semakin kencang
penisnya diremas. Pak tua itu tahu bahwa majikannysa akan sampai
dipuncak kenikmatannya sebentar lagi. Tak ingin kalah, pak Supri meremas
kuat pantat Donita dan menggoyang serta menyodok secepat yang ia bisa.
“ooouuugggghhhh…. iyyyahhh!!! enaaaakkk…. lebbbih keraaasss… paakkhhh!!
yanggghh… eeghhfff…. kenceennggg!! AAAhhhgggHHH!!” Donita mengerang kuat
dengan badan melengkung ke belakang, meresapi kenikmatan orgasme yang
dirasakannya.
Melihat nona majikannya sudah keluar duluan, Sang supir pun semakin
menambah kecepatannya. Sambil menggenjot, pak Supri bisa merasakan
otot-otot memek Donita masih berkontraksi selepas orgasme, berusaha
meremas penisnya agar menumpahkan muatannya secepat mungkin. Ia pun
semakin brutal menyentakkan penisnya. Setelah beberapa sodokan kuat, ia
tidak tahan lagi. Dengan tubuh bergetar ia memeluk Donita dan memompakan
semua benihnya dalam tubuh gadis itu.
“Nnnnnhgggggghhhh!!! Makanhh…. niiiikhhh peejjuuukkhhh guueeekkkhhhh…!! Huuurrrgghh!!!”
Lenguhan panjang keluar dari mulut sang supir. Ditekannya sedalam
mungkin penisnya sampai mentok, batangan super itu pun menyemburkan
semua isinya, memenuhi rongga kewanitaan sang artis. Bahkan ada sebagian
yang keluar dari vagina, karena sangking banyaknya sperma yang
dikeluarkan sehingga nampak sedikit gumpalan air mani kental pak Supri
dipermukaan air kolam. Nafas keduanya memburu tidak beraturan. Tubuh
Donita yang sedari tadi siang kelelahan karena aktivitas di lokasi
syuting kini bertambah lunglai akibat persetubuhan dengan supirnya.
Sadar akan kondisi nona majikannya yang sudah sangat kecapaian, pak tua
itu segera menarik keluar kontolnya dari vagina Donita. Begitu terlepas,
pak Supri bergegas mengangkat Donita keluar dari kolam. Dengan tetap
bertelanjang ria, sang supir menggendong tubuh majikannya yang
sepertinya sudah agak kehilangan kesadaran untuk dibawa masuk ke kamar
melalui pintu samping. Tanpa disadari oleh keduanya, ada sesosok
bayangan orang yang berdiri di samping tembok depan rumah mengintip
mereka. Sepetinya orang itu sudah sedari tadi berada disana. Sosok
misterius itu menyeringai sambil melihat hasil rekaman adegan
persetubuhan Donita dan sang supir, yang direkam melalui handycam
miliknya. Siapakah sebenarnya orang itu dan apa sebenarnya tujuannya
merekam adegan panas Donita?? Semuanya masih menjadi teka-teki yang
belum dapat terjawab.